BANGKALAN – PT Adiluhung SaranaSegara Indonesia (ASSI) lakukan Keel Laying terpadu 3 kapal Rool On – Rool Off (RORO) yaitu KMP Ferry 600 GT, KMP Ferry 110 GT, dan KMP Ferry 1300 GT pesanan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh sebagai momentum dasar di mulainya umur kapal dan dianggap sebagai hari kelahiran kapal dan sekaligus pemberian nama terhadap ketiga kapal tersebut dengan nama berurutan sesuai ukuran di galangan kapal PT ASSI Socah, Bangkalan, Madura, Senin (21/10/2019).
“Saya diinformasikan Dirut Adiluhung, hari lahirnya kapal pada saat keel laying hari ini. Peletakan lunas ini menandakan bahwa, Insya’Alloh pembangunan kapal-kapal ini segera diintensifkan, dan ketiga kapal sudah kami persiapkan nama yaitu, KMP Aceh Hebat I untuk yang paling besar GT 1300, KMP Aceh Hebat II GT 11oo dan KMP Aceh Hebat III untuk GT 600, ” terang Plt Gubenur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT dalam sambutanya saat keel Laying 3 unit kapal di Adiluhung Sarana Segara Indonesia, Socah, Bangkalan, Madura, Senin (21/10/2019).
Nova mengatakan, dalam rangka mengokohkan ikatan kebangsaan pemerintah Aceh memiliki program khusus untuk meningkatkan konektifitas antar kepulauan melalui program Tol Laut sebagaimana yang sudah dicanangkan oleh Presiden Jokowi saat ini sudah berjalan efektif di Aceh. Program ini sangat penting karena Aceh memiliki kawasan laut yang cukup luas mencapai 7,47 juta hektar dengan garis pantai yang cukup panjang sekitar 2699 kilo meter dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aeh, 18 diantaranya berbatasan langsung dengan laut dan memiliki pulau-pulau terdepan. Total ada sekitar 180 gugusan pulau yang ada di seluruh wilayah aceh, 44 diantaranya berpenghuni dan 136 pulau tidak ada penghuninya. Ini menunjukan bahwa Aceh merupakan salah satu adalan sektor kemaritiman di wilayah Indonesia Barat sehingga
“Aceh memiliki 8 pelabuhan penyeberangan dimana satu diantaranya merupakan lintasan antar provinsi yang selama ini hanya dilayani oleh 5 unit kapal sehingga di bulan Agustus dan September lalu melalui Dinas Perhubungan, pemerintah aceh menandatangani kerjasama pembangunan 3 kapal Ferry RORO yang dibuat di PT Adiluhung, Tegal dan Tanjung balai Karimun sebagai sesuai hasil lelang hyang difasilitasi kementerian perhubungan,” jelasnya.
Menurutnya, tren peningkatan pergerakan manusia dan barang di Aceh sangat meningkat khususnya antar pulau dari Sumatera ke pulau-pulau yang ada di Aceh sehingga diperlukan keberadaan kapal laut sebagai transportasinya. Khususnya kunjungan wisata di aceh cukup tajam maka perlu diantisipasi, untuk itu di Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2019 secara multi years kontrak kita pesan 3 kapal untuk melayani tiga daerah yang kunjungan wisatawannya sangat tinggi di Aceh angtaranya, lintasan pantai Barat-Simelue, lintas Ulee Lhue-Balohan, dan lintas Singkil-Pulau Banyak.
“Ini jalur-jalur yang tingkat kunjungan wisatawannya sangat tinggi, oleh karenanya sesuai juga dengan kebijakan pemerintah pusat untuk meningkatkan konektivitas, meningkatkan kunjungan wisata, dan yang terpenting melayani rakyat untuk bergerak termasuk penumpang dan barang,” ucap Nova.
Laki-laki perawakan tinggi mantan Anggota DPR RI itu juga berharap, tiga kapal yang dialokasikan dari anggaran APBA senilai 178 triliun itu sesuai dengan apa yang dipresentasikan oleh ketiga perusahaan pelaksana pembangunan kapal ini, mudah-mudahan bisa lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan di Desember 2020 nanti agar awal tahun 2021 sudah bisa dioperasikan.
“Perencanaan pengadaan ketiga kapal tersebut sudah melalui proses yang benar seperti besaran anggaran yang dihitung oleh konsultan perencana diputuskan berapa maka pemerintah provinsi Aceh mengalokasikan dari APBA,”
Terkait spesifikasi ketiga kapal yang berbeda ukuran Grose Tone nya, Nova mengaku itu disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang dilayani pelayarannya, tentunya untuk daerah yang intensitas penumpang yang besar maka akan dialokasikan kapal dengan GT yang besar pula. Jadi intensitas penumpang paling besar itu adalah antara Kola bubun Aceh Barat – Simelue dengan jarak tempuh pelayaran sekitar 10 jam dan sangat fatal karena itu pulau terluar.
“Kalau tidak ada kapal, orang akan berhari-hari menginap di Sumatra atau orang Sumatra yang sedang menginap di Simelue menunggu kapal itu bisa lama apalagi kalau kapalnya naik dock bisa dibayangkan intensitas orang dan barang terbesar, nomor dua yaitu banda Aeh-Sabang, dan yang ketiga, kalau Singkil – pulau banyak itu lebih kepariwisata merupakan daerah baru berkembang yang mana pergerakan orang dan barang usaha relatif kecil,”
Sedang pengoperasi kapal-kapal tersebut akan ditangani oleh Dinas Perhubungan Provinsi Aceh, tapi ada skema-skema kerjasama juga dengan pihak lain kalau itu diperlukan. Seperti yang terakhir, kita dapat hibah dari kementerian Perhubungan KMP BRS GT 1000 sudah kita operasikan sendiri oleh Dishub yang ditangani langsung oleh UPTD.
“Pokoknya, kalau memang diperlukan kerjasama B to B kepada pihak lain, kita juga ada BUMD untuk operatornya,”
Disinggung, kebijakan pasca pembangunan kapal tersebut, Nova menjelaskan, tarif kapal sudah diatur dalam Pergub dan laporan Dishub terakhir untuk kapal KMP BRS GT 1000 pemasukan untuk Pendapatan Asli Aceh (PAA) mencapai 2.5 miliar per tahun dan tidak ada subsidi.
“Jadi tarif sudah masuk kelayakan keekonomian tapi juga tidak terlalu mahal dan sudah bisa memberikan masukan ke pendapatan asli aceh,” tandas Nova
Sementara itu, Direktur PT Adiluhung Sarana Segara indonesia (ASSI), Anita Puji Utami mengaku, mewakili dari ketiga galangan yang mengerjakan kapal pesanan dari Pemprov Aceh memberikan apresiasi karena telah memberikan kesempatan pada galangan dalam negeri untuk bisa melakukan pembangunan kapal tersebut di Indonesia. Dengan pengerjaan tersebut, galangan dapat menghidupkan kembali sumber daya manusia (SDM) yang selama ini tidak ada kerjaan dapat bergairah kembali.
“Nantinya kami berharap, pembangunan kapal ini bisa tepat waktu secara kualitas maupun delivery timenya sehingga secara spesifikasi tekbis bisa kita laksanakan secara maksimal,” katanya.
Dalam pengerjaan pembangunan kapal ini, lanjut Anita, PT Adiluhung mendapat kepercayaan menggarap kapal Ferry GT 1100 dengan fasilitas semua sama standar jenis RORO tidak ada penambahan secara teknis yang pada prinsipnya sama dengan kapal-kapal RORO yang sudah ada selama ini.
“Yang membedakan dari ketigannya hanya ukuran kapalnya sedang spesifikasinya secara teknis sama,” jelas Anita.
Dengan dilakukan peletakan lunas kapal atau Keel Laying ini merupakan dasar di mulainya umur kapal dan dianggap sebagai hari kelahiran kapal yang sekaligus menunjukkan bukti komitmen atas kepercayaan pembangunan 3 unit kapal RORO tersebut.
“Pelaksanaan keel laying ini sudah memenuhi persyaratan klas yaitu 1 persen DWT kapal atau minimal 50 ton mana yang lebih dahulu tercapai,” tegas Anita.
Anita juga berharap, kedepannya masih ada program pembangunan kapal yang berkelanjutan mengingat khususnya wilayah pemerintah Aceh ini terdiri dari banyak pulau sekitar 600 lebih atau sampai 800 pulau-pulau. Jadi, semoga bapak Gubenur dan jajarannya nantinya masih mempunyai program berkelanjutan terkait dengan pembangunan kapal ini.
“Harapan kami dengan keel laying ini diRidhoi oleh Alloh SWT serta dapat diserahkan tepat waktu dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia,” mohonya.
Untuk diketahui, pembangunan kapal-kapal jenis RORO pesanan pemerintah daerah Provinsi Aceh ini terdiri dari:
1.1 unit KMP Ferry 1300 GT dengan kapasitas penumpang 250 orang, 12 TB, 13 TS 8 Sedan dibangun oleh perusahaan galangan PT Multi Ocean Shipyard Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau;
2. 1 unit KMP Ferry 1100 GT dengan kapasitas 252 orang, 18 truk, 8 sedan dibangun oleh perusahaan galangan PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia Socah, Bangkalan, Madura;
3. 1 unit KMP Ferry 600 GT dengan kapasitas 212 orang, 15 truk, 6 sedan dibangun oleh perusahaan galangan PT Citra bahari Shipyard Tegal jawa Tengah.
Tampak hadir juga, Kepala KUPP Kelas III Telaga Biru, Bambang Sugiarto, Kepala BKI Surabaya, Suwandi, Ketua IPERINDO Jatim Momon Hermono beserta Sekertaris, Andi Yusuf, Manager SDM dan Umum PT Dumas Tanjung Perak Shipyard, M. Lutfi Sulaiman dan jajaran direksi PT ASSI serta pihak undangan. (RG)