Tak Cukup Nyantri Gus dan Kiai Muda Agar Bekali Pendidikan Formal

40
Gubenur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa (kanan) bersama Wapres Jusuf Kalla (baju biru) dalam forum Silaturahmi Gawagis Nusantara di Surabaya, Sabtu (23/2/2019).

GUBENUR JATIM AJAK TANGKAL BAHAYA INTOLERANSI

SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak para gus dan kiai muda untuk membantu pemerintah dan negara dalam menangkal intoleransi. Hal itu, disampaikannya dalam Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara bersama Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Surabaya, Sabtu (23/2/2019).

“Bahaya intoleransi semakin hari dirasa mengkhawatirkan. Sehingga para gus harus mampu mengisi ruang ruang kosong dengan bekal ilmu agama dan pengetahuan hingga masuk pada pendidikan non pesantren baik di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi,” ujarnya.

Menurut Khofifah, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan lembaga survei Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah didapati ada kecenderungan anak muda usia sekolah terasuki faham radikalisme dan intoleran.

“Lewat hasil survei tersebut menyebutkan, bahwa dari 34 provinsi se-Indonesia anak-anak SMP dan SMA mengalami kristalisasi terhadap format pemikiran yang cenderung intoleran,” terang Khofifah.

Khofifah berharap, hasil survei tersebut bisa dijadikan referensi bagi gus gus agar bisa masuk ke sekolah-sekolah non pesantren termasuk sekolah negeri terutama SMA/SMK dan perguruan tinggi dengan dialog dan pencerahan sesuai dengan kadar keilmuan yang bersangkutan.

Baca Juga  Keluarga Besar Tim Pemenangan BHS Siap Menangkan Pilkada Jatim, Surabaya dan Sidoarjo

“Mudah mudahan ini menjadi bagian dari singkronisasi dari seluruh energi positif yang ada dalam komunitas gus-gus di IGGI, Asparagus maupun Gawagis,” tegasnya.

Khofifah memnadang, forum itu menjadi bagian dari harapan memperkuat resonansi besar di seluruh Indonesia untuk menangkal bahaya radikalisme dan upaya menguatkan toleransi dan moderasi intern maupun antar umat beragama.

“Gawagis merupakan ulama-ulama muda milenial yang diinisiasi oleh gus dari Jatim yang keberadaanya terbukti telah memberikan makna substantif bagi kekuatan Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) khususnya dalam menjaga NKRI,” paparnya.

Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla yang lebih akrab disapa JK menegaskan, bahwa kemajuan teknologi menyebabkan banyak dari pesantren tumbuh dan berkembang sesuai dengan zamannya. Sehingga para santri dituntut mempunyai pandangan pengetahuan dan menguasai ilmu kitab suci Al Qur’an.

“Kita yakin tanpa ilmu pengetahuan kita tidak bisa berkembang dengan pesat,” katanya saat memberi arahan.

Oleh karena itu, JK menyebut, tantangan bangsa ke depan harus diperbaiki lewat syiar atau dakwah. Syiar yang disampaikan harus ditambah dan berkembang menjadi syiar terkait kemajuan ekonomi hingga perkembangan teknologi bagi umat islam. Tidak lagi syiar yang mengedepankan surga atau neraka.

Baca Juga  Keluarga Besar Tim Pemenangan BHS Siap Menangkan Pilkada Jatim, Surabaya dan Sidoarjo

“Sebagai bangsa dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia patut bangga bisa membangun persatuan dan kesatuan, memperkuat sarana infrastruktur dan membangun kota hingga pedesaan,” sebut JK. (RG/Ji)

Titikomapost.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE