BANYUWANGI – Kapal Distrik Navigasi Kelas I Surabaya KN Masalembo serasa menjadi penghibur masyarakat kepulauan Sapeken Sumenep Madura. Pasalnya, kehadirannya disaat masyarakat berteriak akibat kelangkaan kapal ketika hendak pulang kampung selepas berbelanja kebutuhan hidup di Banyuwangi dirasakan sangat membantu dan menjadi obat kegundahan.
“Sekitar 600 orang yang berebut untuk bisa diangkut pulang ke kampung halamannya Sapeken Madura dari pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi diwarnai saling berebut hingga merobohkan pagar pembatas pelabuhan,” ujar Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi Letkol Marinir Agus Winartono, Ahad (13/1/2019)
Menurut Agus, sekitar tiga bulan terakhir ini kapal perintis Sabuk Nusantara (Sanus) 56 yang biasanya berlayar melayani masyarakat dari Banyuwangi ke Sapeken secara reguler satu minggu sekali tidak menampakkan batang hidungnya karena dalam perbaikan. Sehingga sangat berdampak pada pelayanan masyarakat kepulauan Madura yang hanya mengandalkan satu kapal saat ini.
“Biasanya masyarakat Sapeken dilayani dua kapal saling bergantian seminggu sekali namun karena KM Sanus 56 perbaikan praktis layanan hanya dilakukan KM Sanus 115 dengan jadwal dua minggu sekali sehingga terjadi penumpukan penumpang,” jelasnya.
Agus mengaku, biasanya jumlah penumpang rata-rata 300 orang sehingga dengan kapasitas kapal KM Sanus 115 hanya 285 orang itu masih bisa tertangani. Tapi tidak tahu kenapa, hari Jum’at (11/1) penumpang membludak tidak ada angin tidak ada hujan jumlah penumpang mencapai 600 lebih.
“Karena kondisi cuaca maka PT Pelni kita perintahkan jual tiket sesuai kapasitas saja, namun masyarakat tak terima dan terjadilah saling berebut untuk naik kapal dan sampai-sampai pagar pelabuhan roboh,” kata Agus.
Karena kondisi sudah tidak kondusif, lanjut Agus, kami ambil tindakan data ulang penumpang yang sudah diatas kapal untuk prioritaskan yang sudah pegang tiket menyesuaikan dengan kapasitasnya tapi kita temukan berlebih bahkan jumlah penumpang hingga 430 orang
“Kita tidak mampu menurunkan yang tak bertiket sehingga diambil kebijakan setelah koordinasi dengan nakhoda dan melaporkan keadaannya kepada pusat maka diperbolehkan kapal berlayar dengan 400 an lebih penumpang itu pun karena life jacket menadai menurut nakhoda,” terang Agus.
Untungnya, mantan kepala Tata Usaha Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak itu menambahkan, Dirjen Perhubungan Laut bisa memecahkan masalahnya dengan menghadirkan kapal perambuan KN Masalembo yang diperbantukan untuk mengangkut sisa masyarakat Sapeken dari Banyuwangi
“Bahkan mereka diperintahkan pak Dirjen di gratiskan karena menggunakan kapal negara. Namun dengan fasilitas yang apa adanya mengingat bukan kapal penumpang tapi kita juga berkorban belikan terpal pelindung,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Distrik Navigasi Kelas I Surabaya, M. Dahri melalui stafnya Yuli membenarkan saat dikonfirmasi, kalau kapal KN Masalembo telah diperintahkan Dirjen Perhubungan Laut untuk bisa memberi bantuan angkut masyarakat Sapeken dari Banyuwangi.
“Kn Masalembo kita berangkatkan Jum’at ( 11/1) pagi di perbantukan untuk mengangkut penumpang dari
Banyuwangi ke Sapeken,” ucapnya.
Sedang sisa penumpang yang masih bisa diberi pengertian sebelumnya untuk menunggu hingga hari Sabtu (12/1) sekitar 150 orang akhirnya dapat diangkut dengan menggunakan kapal KN Masalembo.
“Ternyata yang berhasil kita angkut hanya sekitar 116 orang dan selebihnya mungkin membatalkan,” jelas Yuli.
Sedang atas kondisi tersebut, Agus bersyukur bahwa apa yang dilakukan terhadap penumpang tersisa yang dijanjikan akan ada kapal bantuan sebagai seruan meredam gejolak dapat terlaksana dengan hadirnya kapal Navigasi. Alhamdulillah, kapal KN Sanus 115 yang berangkat dua hari lalu selamat sampai tujuan. Demikian juga kapal KN Masalembo sebagai kapal perbantuan yang kemarin berangkat juga selamat.
“Pelayaran sekitar 12 jam dari Banyuwangi ke Masalembo dan keduanya lancar dalam pelayarannya selamat semua,” pungkasnya.
“Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi perhatian pihak pelni sebagai operator,” imbuhnya. (RG)