SURABAYA – Persiapan angkutan liburan Nataru menjadi tanggung jawab bersama, hal itu disampaikan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Timur, Fatta Jasin dalam rapat koordinasi Angkutan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 dengan semua pihak terkait yang ada di wilayah jatim. Untuk itu, dirinya menegaskan bahwa pelayanan terhadap masyarakat sangat membutuhkan keseriusan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik.
Khususnya angkutan Kapal Laut yang diperkirakan akan terjadi lonjakan seperti yang disampaikan Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, Fatta jasin menjamin atas kesiapan Bus-bus yang akan mengangkut penumpang kapal itu meneruskan ke daerah tujuan masing-masing penumpang baik dari Damri maupun swasta. Sehingga intermoda, antar moda itu harus bisa saling membantu. Kami juga akan menyampaikan kepada Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak dapat menyampaikan sekirannya apa aja yang dibutuhkan di wilayahnya.
“Jika itu dierlukan maka akan sangat mudah untuk menggerakkan bus yang dibutuhkan. Pada dasarnya, operator Bus siap itu yang kami dapat dari Organda,” ujarnya setelah membuka rapat koordinasi angkutan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Hotel Bumi Surabaya, Senin (17/12/2018).
Fatta Jasin mengaku, Dinas Perhubungan diminta Menteri Perhubungan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan angkuta Nataru di Jawa Timur (Jatim). Kalau kita melihat dari kesiapan yang telah disampaikan baik oleh Polda Jawa Timur, Balai Pengelolah Jalan Nasional Wilayah 8 Jatim, PU Bina Marga, Angkasa Pura dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak rasanya kita optimis semua moda transportasi yang ada akan melayani masyarakat secara maksimal.
“Insya’Alloh, saya berkeyakinan kita siap untuk melaksanakan termasuk dengan pembentukan posko-posko yang sudah dipersiapkan , bayangkan di Dishub Provinsi Jawa Timur saja ada sekitar 700 orang yang terlibat yang terbagi dalam UPT Terminal type B. Dan kemudian juga di Bandara Juanda disiapkan dua posko, Tamjung Perak juga demikian ada dua posko maupun terminal atau di stasiun,” jelasnya.
Masyarakat saat ini cenderung merata menggunakan moda transportasi yang ada meskipun ada kecenderungan kereta api mengalami peningkatan namun bus juga menjadi pilihan mengingat setiap saat bisa melayani masyarakat dan cepat.
“Surabaya – Solo itu sekarang bisa ditempuh dengan waktu hanya tiga jam, apalagi dukungan jalan tol yang ada sangat memberi kemudahan bagi pengguna jalan,” uangkap Fatta Jasin.
Fatta Jasin juga berharap, ada kebijakan dari pihak Kepolisian untuk kondisi tertentu seperti yang disampaikan oleh pihak Organda Jawa Timur yang menyatakan sangat siap Bus-bus cadangan bila diperlukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang ke berbagai daerah. Oleh karena itu, Fatta Jasin meminta agar para operator Bus bisa menggeser armadanya ke terminal dalam hal ini Purabaya bagi yang ada di Surabaya.
“Kami harap pihak kepolisian bisa memberi diskresi bagi bus yang berjalan di luar rutenya karena faktor kebutuhan layanan dari masyarakat,” katanya.
Namun demikian, Fatta Jasin menambahkan, pada angkutan Liburan Nataru kali ini diyakini para pengelolah angkutan massal tidak akan seheboh seperti pada liburan hari Raya Idul Fitri.
“Tapi yang perlu diantisipasi, angkutan untuk acara-acara pada Tahun Barunya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, Hernadi Tri Cahyanto mengatakan, bahwa pelaksanaan angkutan Natal 2018 da Tahun Baru 2019 akan dimulai dari tanggal 18 Desember sampai tanggal 8 Januari 2019 sesuai dengan yang telah ditetapkan Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
“Kami sudah menyiapkan dan menempatkan 2 posko di kantor Otoritas dan di terminal penumpang Gapura Surya Nusantara (GSN) pelabuhan Tanjung Perak maupun tambatan kapal,” tuturnya.
Saat ini, Hernadi mengaku, prihatin atas apa yang terjadi di pelabuhan Tanjung Perak dimana tingkat kecelakaan kapal khususnya jenis kapal Roll On – Roll Off (RO_RO) masih tinggi dimana 41 persen kecelakaan kapal karena faktor human error yang lebih diakibatkan muatan truk yang naik keatas kapal tidak dapat terdeteksi, ditambah lagi kebanyakan truk Over Dimensi dan Over Load (Odol) sehingga ini perlu menjadi perhatian semua pihak terkait.
“Cukup berbahaya memang kalau truk dengan kondisi odol naik keatas kapal jelas akan menganggu keselamatan pelayaran seperti kerja springkler air tidak dapat maksimal bila terjadi kebakaran,” terang Hernadi.
Pada Nataru kali ini, untuk mendukung angkutan liburan bagi masyarakat, ada 39 kapal dengan kapasitas angkut 45.089 dari Pelni, RO_RO dan perintis maupun Tol laut. Sedang dari data yang ada, perkiraan terjadi lonjakan penumpang baik yang dari Surabaya menuju pelabuhan Makassar akan mengalami peningkatan sehingga perli diantisipasi.
“Kami juga sudah melakukan stirilisasi pelabuham di terminal penumpang sehingga barang barang berbahaya bisa terditeksi dan diharapkan ada laporan dari penupang terkait barang berbahaya yang diabawa apalagi yang ada diatas truk muatan kapal RO-RO,” tandasnya.
Sedang dari pihak Organda, ada permintaan yang disampaikan kepada forum, khususnya barang-barang ekspor-impor agar ada kejelasan dari pihak Kepolisian bahwa tak jarang di lapangan saat truk-truk disuruh menepi oleh petugas, ironisnya, truk yang membawa barang ekspor impor itu dilakukan penindakan . Hal ini sedikit banyak akan berpengaruh pada kelancaran barang- barang yang akan dikirim ke luar negeri itu.
“Pada hal barang itu harus segera sampai di pelabuhan namun anehnya perintah minggirnya truk karena kemacetan oleh polisi justruk dilakukan penilangan oleh pelisi yang lain. Dan dari operator Bus meminta agar ada upayakan penurunan biaya tol mengingat gaji supir borongan sehingga saat ini yang terjadi tidak mencukupi,” ungkapnya. (RG)