titikomapost.com, SURABAYA – Atlet balap sepeda kawakan asal Surabaya dengan segudang prestasi yang pernah mengharumkan kota Pahlawan di kancah Nasional hingga berpartisipasi di manca negara itu enggan menggantungkan sepedanya meski usia sudah 82 tahun.
Tarwi kelahiran Lamongan yang tumbuh remaja di Pegirian Surabaya itu menjadi salah satu pembalap sepeda kelas road race dari tahun 1960 an hingga 2012 itu selalu tidak pernah merasa lelah, bersepeda mandiri pun hingga kini dilakukannya melesat diatas aspal lintas kota hanya untuk bernostalgia. Bahkan, peraih medali Emas pemenang juara umum kejuaraan Tour de Java itu tetap berbesar hati hingga kini meski halayak ramai tak banyak tahu karena saat penerimaan medali tidak bisa diterimanya lantaran dirawat di rumah sakit Simpang akibat cedera saat berlomba yang kemudian diwakili Sapari teman se-timnya.
Yang menarik tim titikomapost.com saat melihat piala munggil yang terpajang di etalase sedereran piala, lalu Tarwi menceritakan tentang piala itu yang merupakan jejak awal menekuni balap sepeda dengan menggunakan sepeda jadul yang lebih dikenal “Sepeda Kebo” bertarung dengan 38 peserta lainya yang senuanya menggunakan sepeda balap pada balap sepeda kejuaraan Walikota tahun 1961.
“Saya bangga sekali dengan piala itu karena dapat mengalahkan 30 an pembalap-pembalap Surabaya,” kenang Tarwi.
Selain itu pada kesempatan Gowes nanti sekaligus akan dikenalkan persiapan pembuatan buku biografi perjalanan Tarwi sebagai atlit dan pelatih sepeda balap.
“Bapak akan kenalkan persiapan pembuatan buku biografi perjalanan karir bersepedanya nanti bulan Desember biar masyarakat mengetahui,” ujar Tarwi diwakili salah satu anaknya Ony Cristiana Dewi saat ditemui di kediaman jalan Ngagel Kebonsari Surabaya, Kamis (14/9/2023) sore.
Keinginan Tarwi membuat sebuah buku itu salah satunya ingin menuangkan unek-uneknya yang lama disimpannya terkait pestasi yang pernah diraihnya sebagai juara lomba balap sepeda tour de java tahun 68 yang tidak bisa diterima lantaran menjalani perawatan akibat terjatuh di etape terakhir 50 meter jelang finish berjibaku manggul sepeda karena rusak di Surabaya.
“Dalam buku itu nanti akan saya ceritakan gamblang bagaimana perjalanan lomba-lonba hingga mewakili Surabaya bersama 4 orang teman pembalap lainnya,” ungkap Tarwi.
Sepenggal cerita ini diutarakan mantan atlet dan pelatih balap sepeda yang popular di era Tahun 1960 hingga 1980 an yang hingga kini masih terlihat segar bugar meski cucunya segudang. Tarwi akan kembali turun aspal mengayuh sepeda bersama teman temannya, besok Minggu (17/9/2023). Kali ini bukan untuk bertanding tapi jawara balap sepeda yang pernah mendulang 7 emas di PON itu gowes bersama untuk merayakan ulang tahun yang ke 82.
“Untuk merayakan ulang tahun bapak ke 82 dengan bersepeda gowes bareng bareng, besok Minggu (17/9/2023) pagi,” kata Ony.
Ony menyebut, perayaan ulta bapak kali ini mengusung 82 nd Anniversary Gowes Bareng.
Sedang gowes itu mengambil rute keliling Kota Surabaya ini setidaknya sudah diikuti sekitar 100 peserta.
“Untuk start dan finish nanti dari depan rumah di Ngagel Kebonsari II, selanjutnya gowes keliling kota Surabaya,” terangnya.
“Silahkan langsung bergabung besok Minggu di rumah Ngagel Kebonsari, kita Gowes bareng,” sela Tarwi mengajak salah satu wartawan yang hadir.
Selain itu pada kesempatan Gowes nanti sekaligus akan dikenalkan persiapan pembuatan buku biografi perjalanan Tarwi sebagai atlit dan pelatih sepeda balap.
Sebelumnya Tarwi pada Tahun 2020 kemarin, nekat gowes Surabaya – Jakarta sejauh 1100 Km. Dirinya ingin mengulang kembali perjalanan Surabaya – Jakarta dengan sepeda seperti yang pernah ia lakukan pada Tahun 2002. (RG)