LOMBOK – Kondisi Dermaga 2 pelabuhan Padangbai yang bermasalah dan kemudian dilakukan perbaikan alakadarnya oleh PT ASDP dengan membuat permanen sehingga fungsi movable bridge (MB) sudah tidak lagi bekerja. Pasalnya, ada beberapa kapal tidak bisa melakukan bongkar muat dan terpaksa harus rela antri berlama-lama di satu Dermaga.
Ketua Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (GAPASDAP) Lembar, Danny Anggoro mengaku, meski perbaikan sudah dilakukan terhadap bagian landing deck pada movable bridge (MB) Dermaga 2 yang sempat jebol akibat korosi atau pengikisan dengan jalan di cor mati jadi plengsengan justru menyulitkan beberapa kapal dan harus rela antri berlama-lama di Dermaga I.
“Tidak semua kapal kita bisa sandar karena pengaruh pasang surut air laut,” ujarnya, Senin (27/8/2018).
Danny berasumsi, secara cara teknis tidak layak tapi kalau mengingat kebutuhan dan kepentingan sandar kapal tidak bisa di stop akhirnya tindakan yang dilakukan dengan mempermanenkan dermaga MB tersebut jadi dibikin statis diam yang disangga dengan kanal-kanal besi sehingga secara kekuatan dan daya topang mampu.
“Tapi itu bukan lagi MB namanya yang bisa naik turun digerakkan hydrolik menyesuaikan posisi kapal yang hendak sandar baik pengaruh pasang surut air laut maupun cuaca,” jelasnya.
Atas kondisi itu, lanjut Danny, sudah menayakan kepada pihak ASDP perihal sampai berapa lama, namun dia mendapatkan jawaban yang tidak ada kepastian dengan berdalih harus melakukan survey dan kajian lalu melakukan perbaikan ulang agar bisa normal kembali.
“Itu kami pertanyakan karena tidak semua kapal bisa sandar dengan kondisi dermaga seperti itu karena pasang surut sehingga harus antri di Dermaga I,” tandas Danny
Menurut Danny, kondisi Dermaga yang diperlukan bukan hanya mampu mengatasi beban berat saat dilakukan bongkar muat tapi yang kita harapkan tindakannya harus mengembalikan fungsi sebagai dermaga Ferry dengan fasilitas MB yang dapat berfungsi sehingga kedua Dermaga bisa maksimal digunakan untuk sandar kapal seperti semula.
“Kita tetap apresiasi upaya ASDP untuk memberikan pelayanan dengan segala keterbatasannya,” imbuhnya.
Dari jadwal kapal yang ada, 18 kapal sehari kondisi tertentu seolah-olah normal bagi kapal yang bisa menggunakan dermaga di keduanya, namun menjadi antrian yang panjang manakala terjadi pasang surut air laut ditambah lagi kondisi cuaca dengan ombak pantainya sangat mempengaruhi kegiatan bongkar muat kapal.
“Untuk saat ini, penjadwalan kapal itu untuk satu dermaga dan disela-sela ada kegiatan ekstra,” ucapnya.
Terlepas dari itu, kondisi pelabuhan Padangbai seharusnya dilengkapi dengan break water sebagai penahan ombak sehingga air laut menjadi langsam dan tidak akan berpengaruh pada kegiatan kapal. Disamping itu, penambahan derma juga akan menunjang jumlah kapal ferry yang beroperasi yang berpasangan antara kedua belah pelabuhan yang berdampak pada kelancaran.
“Tidak ada sulitnya sebenarnya kalau pemerintah sungguh-sungguh membangun break water bila dibandingkan disektor pembangunan lapangan terbang yang hanya menghubungkan antara satu kota. Sedang penyempurnaan pelabuhan ini akan dapat menghubungkan pulau ke pulau,” papar Danny.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kita melihat ada perkembangan pelabuhan Padangbai yang begitu pesat permintaannya banyak sehingga untuk kesini menjadi sorted. Memang ada pembangunan yang tersendat karena ada beberapa masalah.
“Kami akan evaluasi pembangunan padangbai supaya menjadi pelabuhan yang lebih dikdaya dan mampu melayani masyarakat dengan baik,” tuturnya.
Untuk itu, pemerintah akan bersungguh-sungguh menyikapinya mengingat pelabuhan Padangbai merupakan jembatan menuju Lombok, dimana banyak wisatawan baik asing maupun lokal melalui pelabuhan tersebut. Bahkan mobilitas masyarakat hingg Indonesia Timur yang melalui jalan darat harus melintas dari pelabuhan Padangbai.
“Kita targetkan dalam satu tahun,” tegas Menhub kepada titikomapost saat di Lombok. (RG)