GO LIVE, Kotabaru-Batulicin KSOP Kelas III Pertama Gunakan INAPORTNET

177
Saat Kepala KSOP Kelas III KB-BL Capt. M. Hermawan (kanan) memberikan cendra mata kepada Dirlala Ditjen Perhubungan Laut, Capt. Wisnu Handoko setelah secara resmi membuka GO LIVE INAPORTNET, Rabu (19/2/2020).

BATULICIN – Tingkatkan performa pelayanan yang terbuka dan netral guna memfasilitasi pertukaran data dan informasi layanan kepelabuhanan secara cepat, aman, netral dan mudah yang terintegrasi dengan instansi pemerintah terkait, badan usaha pelabuhan dan pelaku industri logistik untuk meningkatkan daya saing komunitas, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Kotabaru-Batulicin (KB-BL) resmikan pengunaan INAPORTNET yang dilakukan langsung oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dilala) Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Dr Capt. Wisnu Handoko, M.Sc di Hotel Ebony Batulicin, Rabu (19/2/2020).

Ditengah ratusan peserta dari berbagai agen perusahaan pelayaran, perwakilan TUKS, Tersus, Asosiasi pelayaran, pengiat bisnis kepelabuhanan dan stakeholder yang ada di wilayah kerja KSOP Kotabaru-Batulicin, Capt Wisnu secara resmi memulai GO LIVE aplikasi system INAPORTNET yang diberlakukan per hari ini dengan ditandai pemukulan palu yang disambut tepuk tangan yang gemuruh dari semua yang hadir.

“Sistem INAPORTNET ini sebuah aplikasi digital yang harus kita dukung Bersama di dalam memantapkan dan meyakinkan performa kelancaran logistic. Intinya menyelesaikan masalah pelayaran dan kepelabuhanan tidak bisa diselesaikan satu per satu hanya berpangku pada satu bagian. Jadi ini pekerjaan bersama yang harus kita support dan dukung Bersama,” ujar Capt. Wisnu sambal mengapresiasi kekompakan yang dibuktikan dengan kehadiran seluruh pihak yang datang pada GO LIVE INAPORTNET pada hari ini di Batulicin.

Menuyrut Wisnu, direkorat yang dibawainya adalah merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk mengawal bagaimana kelancaran logistic, lalulintas pergerakan kapal, pergerakan muatan yang bisa mendukung logistic yang ada seluruh tanah air, bahkan di luar negeri.

“Kita memantau seluruh pergerakan ekspor-impor, termasuk mineral yang di ekspor dari daerah Batulicin dalam pantauan. Jadi dengan INAPORTNET ini tujuannya adalah bagaimana supaya pergerakan kapal  dan pergerakan muatan serta peergerakan dokumen kapal itu bisa dipantau secara transparan karena negara ini membutuhkan data untuk menganalisa dan melihat dari proses bisnis to bisnis yang sebelumnya dilakukan secara manual maka dengan system digital ini akan dilakukan secara online,” terangnya.

Baca Juga  Sosialisasi Pelindo Bersih Perkuat Komitmen Anti-Korupsi

Capt. Wisnu juga menjelaskan filosofi perlunya INAPORTNET, bahwa pada tahun 2019 posisi peringkat logistic indeks Indonesia yang dibuat oleh organisasi perdagangan dunia menduduki peringkat 46 , sedang di Asia menduduki peringkat 5 dibawahnya Singapura, Malaysia, Vietnam dan baru-baru ini Bank dunia menyatakan Indonesia berada di peringkat ke 73 dalam kemudahan berbisnis makanya agar devisa negara meningkat, kesejahteraannya meningkat bisa membangun infrastruktur yang banyak, itu logistic performanya maupun kemudahan berbisnis dinegara kita harus meningkatkan. Salah satunya melalui adanya transparansi terkait kepelabuhanan baik dokumen, biaya sehingga Bea Cukai, perhubungan dan aparat lainnya semua tahu serta pelaku bisnis tidak saling rahasia-merahasiakan itu yang mengakibatkan terjadinya kelancaran.

“Awalnya diutamakan pelabuhan yang melakukan ekspor-impor dengan container di 4 pelabuhan utama sejak 2014 di Priok, Belawan, Makassar dan Tanjung Perak dan berkembang menjadi 16 pelabuhan dan hingga kini sudah mencapai 32 pelabuhan,” jelas Wisnu.

“Selamat untuk pelabuhan Kotabaru-Batulicin adalah pelabuhan kelas III pertama di Indonesia yang di install aplikasi INAPORTNET,” imbuhnya.

Memang, Wisnu mengakui, bahwa untuk bisa sebuah pelabuhan itu diputuskan INAPORTNET di install itu bukan suatu keputusan yang mudah. Tentu harus mempertimbangkan bagaimana ekosistem di daerah itu mau diajak berubah, baik PBM, Organda, TKBM, Keagenannya semua itu apa mau diajak berubah karena ini hanya sebuah alat, tetapi kalua tidak dimanfaatkan keihklasan pemanfaatannya maka tidak ada artinya.

“Sama saja kalau kita punya computer atau gejed yang hanya dipakai untuk whatsapp maupun face book saja dan fungsi yang lain tidak bisa memanfaatkan, sama saja. Begitu juga inaportnet. Jadi kami mensupport seluruh ekosistem pelayaran yang ada di Kotabaru-Batuklicin ini bisa memanfaatkan dengan baik tidak lain itu untuk mendukung kelancaran logistic kita,” ucapnya.

Berlakunya INAPORTNET di beberapa pelabuhan yang dalam catat Ditjen Perhubungan Laut sudah mencapai 32 wilayah kerja Unit Pelaksana Tugas (UPT) itu untuk melaksanakan yang diminta pemerintah terkait dengan data-data pelabuhan yang melaksanakan ekspor-impor yang  salah satunya adalah mineral berupa Batu Bara yang paling banyak di daerah Kalimantan dan Sumatra Selatan itu menjadi fase kedua setelah pelabuhan container karena banyaknya kita mengekspor batu bara , nikel yang harus diketahui aktifitas jumlah kapalnya.

Baca Juga  Pelni Pastikan Armadanya Lewati Uji Petik Fit Layani Nataru

“Kedepannya, kita ingin informasi ini bisa digunakan untuk mengambil kebijakan terkait cabotage. Kalua kita tahu kontrak-kontrak Panjang pengiriman batu bara, nikel dan lainya kita bisa giring diangkut dengan perusahaan berbendera nasional, salah satunya itu,” tegas Wisnu.

Disamping itu, lanjut Wisnu, terkait iklim biaya logistiknya , biaya TKBM, biaya penumpukan supaya kedepannya jelas. Jadi haknya negara juga jelas bisa control disini. Dari 32 UPT perhubungan Laut yang sudah melaksanakan INAPORTNET itu, kedepannya akan kita kembangkan lagi tetapi modulnya tidak seperti yang berlaku di 32 UPT tersebut. Karena kita juga tidak ingin menghabiskan kapasitas yang sama karena memorinya besar. Jadi untuk pelabuhan-pelabuhan yang melaksanakan ekspor-impor saja.

Kalua ada penambahan untuk pelabuhan yang melaksanakan ekspor-import lagi kita akan tambah. Tapi sebagian besar yang 32 UPT ini ternyata yang utama saat ini ditahun-tahun sebelumnya melaksanakan yang paling banyak.

Dari jumlah UPT yang sekitar 270 an yang ada di Indonesia itu tidak mungkin kita install semuanya karena ada yang hanya untuk keperluan domestic saja. Jadi yang kita utama yang melaksanakan ekspor-impor saja

“Pelaksanaan pelabuhan yang mengunakan INAPORTNET itu sendiri tidak ditargetkan berapa banyak tapi menyesuaikan dengan kondisi pelabuhan yang dibuka untuk kegiatan ekspor-impor,” tandasnya.

Pak Dirjen, pak Menteri berpesan kepada kita sekalian bahwa kedepannya yang ingin kita capai adalah kemudahan berbisnis di Indonesia performanya lebih kita tingkatkandengan demikian kekayaan asing untuk berinfestasi di Indonesia , kemudian juga untuk menekan harga jual barang karena biaya logistic murah itu menjadi fokusnya.

“Kami berharap stakeholder yang ada di Kotabaru-Batulicin ini bisa kompak dan saya titip kepada pak KSOP yang sabar untuk membimbing dan membina temen-temen semua diajari sampai mengerti, kalau perlu bikin kursus tutorial,” pesan Wisnu.

Baca Juga  Siaga Kedaruratan KN Chundamani P 116 Stand by di Perairan Labuan Bajo

Sementara itu, Kepala KSOP Kotabaru-Batulicin, Capt. M. Hermawan, S.Sit, M.M, MMar mengatakan, dengan diberlakukannya system pelayanan digital itu yang jelas kita ingin memberikan pelayanan terbaik karena setelah adanya merjer mengingat letak geografisnya saling terpencar yang menyatukan 3 wilayah satuan kerja (satker) yaitu pulau Sebuku, Tanjung Batu dan Kotabaru perlu pelayanan yang cepat bila dibandingkan dengan cara manual face to face sangat memerlukan waktu.

“Bila penggunajasa yang berada di seberang pulau kan membutuhkan waktu kalau harus ke kantor KSOP Batulicin sehingga itu akan menghambat sebuah pelayanan. Oleh karena itu, perlu dikebut agar tahun 2020 aplikasi INAPORTNET dapat dijalankan, dan alhamdulillah pada hari ini bisa diresmikan oleh pak Dirlala sebagai tanda dimulainya pelayanan digital,” katanya.

Sebagai pertimbangan juga, Hermawan menambahkan, potensi pergerakan kapal di wilayah KSOP KB-BL cukup besar khsusnya kegiatan pengapalan hasil tambang. Makanya kami mengkaji jangan sampai pelayanan yang kita berikan akan menghambat kegiatan bisnis  kepelabuhanan sehingga dorongan keras untuk menciptakan aplikasi berbasis teknologi internet itu yang sangat diperlukan sebagai jalan keluar.

“Target kami dalam waktu setahun ini bisa memaksimalkan layanan INAPORTNET itu 100 persen. Mungkin secara bertahap, saat ini bisa kita lakukan sekitar 30 persen khususnya terhadap BUP maupun TUKS yang besar,” papar Hermawan.

Untuk itu, langkah yang dilakukan agar target setahun bisa 100 persen semua penggunajasa dapat berteknologi digital untuk layanan, kami secara berkala akan mengadakan bimbingan cara pengoperasian INAPORTNET tersebut.

“Kita sudah berkoordinasi dengan kantor pusat untuk memberikan les private kepada pengguna jasa sehingga seiring waktu ketidak tahuan mereka itu bisa tertutupi dengan bimbingan yang berkala,” pungkasnya. (RG)

Titikomapost.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE