SURABAYA – Berdalih diamini Komite Sekolah, SMKN 6 Surabaya lakukan pungutan dengan target mengumpulkan dana sebesar 1 miliar untuk pembangunan Indoor sebagai penunjang kegiatan sekolah. Namun, Bahrun selaku Kepala Sekolah enggan dikonfirmasi wartawan hingga dua kali dan memilih menghindar.
“Pak Bahrun tidak ada di tempat mas, beliau keluar setelah pagi tadi absen,” ujar salah seorang guru yang ditemui wartawan,” Selasa (25/6/2019).
Hal ini, sudah kali kedua wartawan coba berusaha menemui tapi selalu gagal dan terkesan menghindar. Namun, salah satu guru perempuan berjilbab menyarankan bertemu dengan wakil kepala sekolah yang disebutnya bernama Istyowati.
“Dengan Bu is saja mas, coba saya lihat di ruangan. Sebentar ya mas, beliau masih ada tamu,” kata perempuan berjilbab hitam.
Meski agak lama, waka sekolah bidang Kesiswaan, Istyowati pun mau menemui beberapa wartawan yang datang ditemani Singgih Hidayat guru olah raga sekaligus bertibdak sebagai bagian Sarpras SMKN 6 Surabaya yang buka bicara menerangkan kalau pungutan sumbangan wajib sudah disepakati saat digelar rapat pihak sekolah dengan wali siswa.
“Itu (Sumbangan.red) sudah disepakati saat rapat dengan wali siswa melalui Komite sekolah,” terangnya.
Namun, setelah ditanggapi dengan lontaran pertanyaan, kalau pungutan apapun dan besarnya berapa pun, tidak ada dalam aturan kependidikan, dia buru-buru menambahkan jika nominal Rp300 ribu tidak mutlak, banyak yang membayar dibawa nominal itu, tidak apa-apa. Termasuk untuk siswa-siswi yang tahun ini lulus, dikatakan tidak diharuskan.
“Tidak harus sebesar itu, ada yang bayar 50 atau 100 ribu. Untuk yang tahun ini lulus, ya tidak harus. Dan, tidak benar itu kalau disebut tidak akan menerima SKL,” dalihnya.
Kami juga tidak memaksa, lanjut Istyowati, tapi di dalam rapat sudah sepakat tidak ada keberatan, tapi ada yang ngusulkan bagi yang tidak mampu seperti apa.
“Bagi yang tidak mampu apalagi melalui jalur kemitraan keluarga ya tidak kita kenakan,” jelasnya.
Singgih kemudian ikut menambahkan, indoor akan dibangun di belakang sekolah dengan rincian biaya mencapai Rp 1 miliar. Dengan luasan areal tanah 28 meter persegi. Tapi saat ditanya, sudah berapa dana yang terkumpul hingga saat ini, kedua wakil sekolah itu berdalih kami tidak tahu sebab ada di bagian keuangan, padahal bulan depan akan mulai direalisasikan. Selain itu ditegaskan bahwa pungutan ini tidak disampaikan melalui edaran.
“Sumbangan itu disampaikan dan disepakati melalui rapat komite sekolah dan bulan Juli 2019 nanti sudah akan direalisasikan,” akunya.
Disamping itu, Istyowati tidak menaamoik tatkala ditanyakan ada sejumlah pembayaran lain bagi siswa sebesar Rp. 2 juta hingga 2.100 ribu untuk kebutuhan pembelian seragam sekolah dan perlengkapannya terdiri dari 9 item.
“Ada juga pembelian yang kami wajibkan kepada siswa senilai 2 jutaan untuk seragam dan kelengkapan lainnya,” imbuhnya.
Hingga berita ini diturunkan, kepala sekolah itu juga belum bisa dikonfirmasi. Termasuk tidak mengangkat handphonenya.
Untuk diketahui, sekolah itu berdiri tahun 1975. Saat ini ada 72 kelas, dengan 7 jurusan dengan jumlah siswa 2400. (Diea/RG)