SURABAYA – PT Adhiluhung Saranasegara Indonesia (ASSI) menyelenggarakan forum focus group discussion (FGD) sebagai rangkaian rapat kerja tahunan dengan menghadirkan pihak Direktorat lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perindustrian, Asosiasi INSA dan Iperindo yang mengambil tema “Kemampuan Industri Galangan Kapal Untuk Meningkatkan Kualitas dan Kecepatan Layanan Produksi Guna Mendukung Kehandalan Armada Pelayaran Nasional” untuk menjawab tantangan kemampuan galangan Nasional menembus hingga pasar luar Negeri yang diselenggarakan di Surabaya, Sabtu (2/2/2019).
Direktur Utama PT Adhiluhung Saranasegara Indonesia, Anita Pudji Utami mengatakan, Tujuan dari kegiatan ini untuk menambah wawasan, mencari solusi permasalahan dan update kebijakan Pemerintah terkait industri perkapalan dan pelayaran nasional. Dimana industri galangan kapal itu sendiri juga tidak bisa terlepas dari pelayaran nasional karena galangan kapal adalah penunjang kelancaran dan kehandalan armada kapal Nasional.
“Sehingga kita perlu duduk bersama untuk menyelaraskan persepsi guna menghasilkan jasa maritim kepada masyarakat yang terbaik,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Anita, kegiatan ini adalah salah satu rangkaian rapat kerja tahunan yang diselenggarakan PT Adhiluhing Saranasegara Indonesia yang bertujuan ingin ada penambahan wawasan, update informasi kebijakan perusahaan maupun kebijakan pemerintah dalam hal ini. Dan nantinya industri perkapalan secara nasional bisa lebih berpihak kepada industri dalam negeri sehingg kita bisa bersaing secara Internasional.
“Apabila kebijakan-kebijakan pemerintah sudah lebih berpihak kepada industri kita seperti apa yang telah disampaikan pemateri dalam diskusi ini tentunya akan sangat mendorong industri maritim yang ada di tanah air,” jelas Anita.
Menurut Anita, apa yang telah dipaparkan merupakan masukan luar biasa secara universal, itu artinya kami dari industri galangan kapal tentunya akan segera memfollow up apa-apa saja yang menjadi permasalahan permasalahan baik itu masukan-masukan ataupun peluang peluang dan potensi pasar yang bisa kita kerjakan secara bersama atau sinergi antara pelayaran maupun galangan kapal.
“Terutama komponen dalam pembangunan kapal, galangan lokal sangat berharap adanya support dari perusahaan dalam negeri sehingga akan lebih kompetitif untuk bertarung dengan perusahaan luar,” ucap Anita.
Sedang target secara intetnal PT Adhiluhung sendiri, Anita menjelaskan, dengan adanya banyak wawasan-wawasan atau input yang tadi disampaikan maupun potensi peluang bisnis dalam menghadapi persaingan Global dan untuk menciptakan Indonesia sebagai poros Maritim, sumber daya manusia (SDM) kita bisa lebih meningkatkan kompetensi- kompetensi serta dapat melakukan inovasi dan kreativitas.
“Dari SDM Adhiluhing ini tentunya akan lebih meningkat lagi untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan dunia luar khsususnya kualitas, kecepatan produksi. Serta diharapkan adanya peningkatan produktivitas baik secara quality maupun quantity akan lebih maksimal lagi,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua IPERINDO Cabang Jawa Timur, Momon Hermono mengaku sangat apresiatif terhadap apa yang telah diselenggarakan oleh PT Adhiluhung sehingga dengan kegiatan ini para penggiat bisnis maritim bisa melek dan secara bersama bisa bersinergi untuk menjawab tantangan yang ada agar kita khususnya yang ada di Jawa Timur akan dapat menumbuhkan iklim yang kondusif. Pasalnya, Jawa Timur merupakan cabang pertama Iperindo yang berdiri sejak tahun 1980 hadir dengan jumlah galangan cukup besar.
“Kami harapkan, melalui acara ini, kapal-kapal yang home basenya di Jatim tidak melakukan pengedokan di luar Jatim. Untuk itu, tentu kita akan lebih memperhatikan melakukan perbaikan manajemen baik kecepatan, ketepatan dengan pekerjaan yang bagus serta harga yang kompetitif sehingga docking kapal tidak perlu melirik galangan lain,” tuturnya.
Bahkan, kita berharap bisa menjaring market luar negeri seperti Singapure bisa masuk ke perusahaan galangan Jatim dimana yang selama ini selalu di luar Jawa sehingga kita bisa memenangkan kompetisi. Bagaimana tidak, potensi itu terbuka luas karena perairan kita yang masuk dalam Alur Laut kepulauan Indonesia (ALKI) banyak dilalui kapal-kapal asing dan itu yang perlu kita tangkap untuk lakukan perawatan di Jatim.
“Justru selama ini, banyak kapal-kapal yang ada justru malah docking di luar Jawa Timur. Itu yang menjadi pertanyaan kami kenapa dock yang ada di Jatim belum bisa berjalan secara maksimal,” kata Momon.
Untuk itu, Momon mengatakan, dalam waktu dekan dalam masa kerja triwulan pertama akan membangun komunikasi bersama stakeholders yang ada dalam sebuah forum diskusi menjawab persoalan yang dihadapi perusahaan galangan untuk mencari solusi guna menjamin kelangsungan hidup anggota semua.
“Program kami yang pertama akan lakukan silaturahmi dalam minggu ini dengan seluruh stakeholders mengharap dukungan yang akan dibicarakan lewat forum nantinya guna menyoal problematika galangan dan juga akan dilakukan sinergi,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur lalu Lintas dan Angkutan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Capt. Wisnu Handoko mengatakan, menjawab persoalan yang ditakutkan industri galangan Nasional yang cemas untuk mendapatkan kepastian pembangunan kapal baru dari pemerintah yang terkesan sporadis, memang diakui bahwa pembuatan kapal baru sempat berjalan secara besar-besaran di tahun 2016-2018 dan ditahun berikutnya bahkan tidak ada sama sekali, itu bisa kalau ada suatu perencanaan yang kedepannya lebih komprehensip antara kebutuhan pangsa muatan dan pangsa muatan dalam negeri maupun luar negeri yang coba dipenuhi oleh perusahaan pelayaran nasional dimana kita ketahui pemerintah telah membuka jalur-jalur logistik baru di daerah terluar, terpencil dan perbatasan otomatis itu pasti membutuhkan kapal perintisa dan kapal cargo perintis sehingga ini akan menjadi peluang pekerjaan bagi galangan-galangan yang ada di Indonesia dengan berpartisipasi dalam pembangunannya.
“Sementara kalau yang luar negeri bagaimana bisa mengangkut muatan-muatan ekspor kita mengunakan kapal-kapal Nasional,” katanya.
Wisnu melihat, apa yang telah ditunjukkan pihak galangan lokal dalam menyelesaikan proyek pembangunan kapal di tahun 2016 – 2018 sebanyak sekitar seratus kapal dari pemerintah, ini merupakan sebuah keberhasilan yang bagus dalam mensupport program Tol Laut.
“Dan yang terpenting terkait pemeliharaan kapal, tidak ada kapal setelah lahir tidak memerlukan perawatan. Minimal melakukan docking dengan begitu tentu akan memberi pekerjaan bagi galangan,” terang Wisnu.
Wisnu juga mengingatkan, disini kita perlu bersama-sama menyerukan kepada pemerintah bagaimana kapal itu masuk sebagai infrastruktur sehingga pemerintah akan merencanakannya sebagai betuk pelayanan dan tidak menimbang untung ruginya, jadi murni sebagai pelayanan publik. Jika sudah seperti itu maka nantinya pembangunan kapal akan berjalan lancar seiring dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
“Seperti Tol laut yang sedang dikembangan untuk melayani masyarakat terluar perlu diperbanyak lagi,” imbuhnya. (RG)