BANTEN – Tsunami yang terjadi di sekitar Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam yang menimpa Kabupaten Pandenglang, Serang dan Lampung Selatan akan terus bertambah. Pasalnya, dari data yang disampaikan BNPB belum dikunci jumlahnya karena masih ada daerah lain yang belum dilakukan pendataan.
“Data sementara tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang, dan puluhan bangunan rusak,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan yang diterima wartawan, Ahad (23/12/2018).
Menurut Sutopo, untuk sementara data korban tsunami yang bisa disampaikan seperti itu dan tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah mengingat daerah yang terdampak belum semuanya di data. Dimana yang terparah ada diwilayah Kabupaten Pandeglang meliputi permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.
“Tercatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka, 43 rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat, dan puluhan kendaraan rusak,” jelasnya Sutopo.
Sedang di Kabupaten Serang terdapat 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka, dan 2 orang hilang. Daerah yang terdampak di Kecamatan Cinangka.
“Dan di Kabupaten Lampung Selatan sendiri terdapat 3 orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka,” imbuhnya.
Sutopo juga menambahkan, hingga saat ini BMKG masih melakukan penyelidikan faktor penyebab dari tsunami tersebut guna mengetahui secara pasti.
“Kemungkinan disebabkan akibat adanya kombinasi yang terjadi akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang pada bulan purnama. BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya,” terangnya.
Atas kejadian itu, BPBD melakukan penanganan darurat bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat.
“Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan,” pungkas Sutopo. (RG/Ari/bun)