UPAYA PEMULIHAN JADWAL KAPAL REGULER LEMBAR – PADANGBAI
LEMBAR – PT ASDP Indonesia Ferry kebut pengerjaan perbaikan Dermaga II pelabuhan Padangbai Bali yang mengalami kerusakan pada landasan Mobil Bridge (MB)nya dijadwalkan selesai akhir bulan Nopember 2018 ini. Hal itu dilakukan guna mengurangi adanya antrian kapal akibat cuaca dan kondisi geografis serta kurang maksimalnya fasilitas dermaga yang praktis hanya berfungsi satu untuk kapal-kapal dengan jadwal reguler.
General Manager PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar, Yulianto mengakui memang ada terjadi antrian kapal di Padangbai sehingga untuk mengurai penumpukan kapal-kapal menunggu antrian sandar, jangka pendek ini dengan mempercepat perbaikan dermaga dua yang mengalami kerusakan pada landasan Mobil Bridge (MB)nya nanti sekitar tanggal 27 Nopember yang diharapkan bisa selesai makanya saat ini kita maksimalkan.
“Progressnya sudah cukup baik sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Tapi sembari perbaikan masih bisa digunakan untuk kapal dari Padangbai yang menuju Nusapenida serta kapal LCT pengangkut elpiji,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Selain itu, lanjut Yulianto, akan juga dilakukan penjadwalan yang tepat sehingga tidak terjadi kapal-kapal terjadi mengapung-apung karena harus mengantri untuk sandar di dermaga Padangbai. Untuk itu, kita telah berkoordinasi dengan BPTD untuk membuat penjadwalan baru menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
“Penjadwalannya akan diperpendek atau diperketat sehingga dari jadwal yang sudah ada dengan waktu satu jam setengah akan menjadi 1 jam 20 menit itu yang kita sampaikan kepada BPTD. Mudah-mudahan dikabulkan,” harap Yulianto.
Sedang, untuk jangka panjangnya Yulianto menambahkan, penambahan Dermaga maupun Breakwater secara internal manajemen PT ASDP sudah menyiapkan kajian terhadap kondisi alam perairan pelabuhan Padangbai untuk membangunnya terutama untuk mengantisipasi kondisi saat ini dengan persoalan ombak pantai minimal dibangun breakwater namun kajian itu sendiri dilakukan secara detail sebab harus diketahui jika pembangunan itu dilakukan tidak akan menyebabkan persoalan baru.
“Jangan sampai dengan adanya breakwater nanti malah ombak pantai makin mendorong kedalam sehingga akan menyebabkan kapal-kapal tidak dapat sandar dengan sempurna, itu yang tidak diharapkan makanya kajiannya sangat memerlukan waktu,” akunya.
Menurutnya Yulianto, kami sudah mengumpulkan keterangan dari seluruh nakhoda kapal yang setiap hari bersinggungan langsung dengan persoalan ombak pantai saat menyandarkan kapalnya. Jangan sampai arus masuknya semakin kuat ini perlu ahli-ahli dibidang itu bukan memecahkan masalah tapi menimbulkan masalah baru sehingga perlu kajian yang matang.
“Saat ini dalam taraf kajian untuk pembangunan breakwater tersebut karena yang dikhawatirkan dengan kedalaman yang cukup dalam jika breakwater hanya dibangun diatas dan tidak sampai kebawah dasar laut pengurukannya maka hanya akan menahan ombak diatas tapi arus yang dibawah tidak sehingga tetap masuk ke dermaga itu yang harus diperhitungkan . Dan untuk jangka pendek ini untuk atasi persoalan antrian sandar kapal dengan mempercepat perbaikan dermaga dua yang mengalami kerusakan,” terangnya.
Sementara itu, Koordinator Satuan Pelayanan Wilayah Kerja Lembar Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XII Denpasar Provinsi Bali-NTB, Koda Pahlianus Nelson mengakui terjadinya antrian kapal hingga berjam-jam di kolam pelabuhan untuk menunggu bongkar muat disebabkan bukan karena perubahan jadwal. Antrian kapal penyeberangan itu lebih disebabkan berbagai hal, termasuk cuaca.
“Faktor-faktor yang menyebabkan sandar kapal lama karena terjadi ombak pantai di Padangbai, pasang surut air, dan salah satu dermaga itu juga digunakan sandar satu kapal Ro-Ro trayek Padangbai – Nusapenida serta juga digunakan sandar kapal-kapal LCT pengangkut elpiji,” katanya, Rabu (7/11/2018).
Ditambah lagi, lanjut Nelson, kapal-kapal dari laut lepas dibutuhkan sekira 15 menit masuk alur untuk sampai sandar di dermaga Padangbai karena tidak bisa berpapasan di alur kolam sehingga harus berlabuh di luar kolam untuk 16 trip kapal yang beroperasi setiap harinya dari 35 kapal yang sudah diatur jadwalnya dibagi dua.
“ Kalau normal tidak akan terjadi kapal-kapal mengapung lama itu lebih disebabkan karena dermaga yang ada di Padangbai satu mengalami kerusakan sehingga kegiatan sandar kapal sedikit terhambat.” Jelas Nelson.
Sedang kondisi dermaga sendiri, di Lembar yang aktif ada tiga tapi yang satu dermaga plengsengan itu digunakan jika terjadi post majeure. Dan di pelabuhan Padangbai ada dua dermaga yang satu dalam perbaikan sehingga praktis yang berfungsi cuma satu. Hingga saat ini dari hasil kesepakatan bersama dengan Gapasdap dan ASD, pola yang digunakan di lintasan Lembar-Padangbai adalah waktu tempuh 4 jam 30 menit dan pelayanan 1 jam 30 menit.
“Kamii tidak akan membuat pola baru, cuma akan disiasati dengan melakukan sistem penundaan keberangkatan kapal dari Lembar jika ada antrian di Padangbai,” tandas Nelson.
“Tidak menutup kemungkinan dilakukan evaluasi bahwa pola mana yang paling enak dipakai,” imbuhnya. (RG)