Kabarnya, Ada Pengembangan Telepon Pintar Berfungsi Sebagai AIS Kapal

64
Kepala Kantor KSOP Kelas II Gresik, Agustinus Maun, ST. MT sesekali lakukan pemeriksaan perairan Gresik dengan menggunakan lapal patroli.

MASYARAKAT PELRA GRESIK SANGAT MENUNGGU KEHADIRANNYA

GRESIK – Kebutuhan Automatic Identification System (AIS) bagi kapal yang berfungsi sebagai sistem pelacakan otomatis untuk menghidari tabrakan kapal maupun untuk mengetahui posisi kapal dengan pelayanan lalu lintas kapal melalui Vessel Traffic Services (VTS) bagi Pelayaran Rakyat (Pelra) sangat tidak mungkin bisa digapai. Pasalnya, harga per unitnya AIS itu terbilang mahal bagi kapal rakyat maupun kapal tradisional.

Kepala kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Gresik Agustinus Maun, ST.MT mengatakan, sebenarnya kelengkapam alat AIS tersebut bagi kapal yang berlayar di laut sangatlah diperlukan demi keselamatan pelayaran namun karena khususnya kapal tradisional tidak dapat menjangkau harusnya  ada solusinya. Kebetulan, dari informasi yang saya dapat bahwa Universitas Pattimurah sedang melakukan inovasi teknologi AIS yang dikembangkan  dapat diakses melalui celluler sehingga kalau itu jadi maka akan sangat mendukung pelayaran tradisional mengingat Hand Phone Android sudah banyak dimiliki oleh masyarakat khususnya pelaut  kapal rakyat kita.

“Saya mendapat invormasi itu dari teman yang berada di Ambon dan sampai saat ini katanya sudah tahapan perancangan, mudah-mudahan cepat berhasil agar juga dapat digunakan oleh kapal-kapal tradisional yang ada di Gresik,” tuturnya, Kamis (18/10/2018).

Baca Juga  Sambut Ratusan Turis Pelindo Perkenalkan Budaya Nusantara
Suasana dermaga sisi barat pelabuhan Gresik KLM sandar rapi.

Menurut Maun, kalau melihat teknologinya antara AIS kapal dan Handphone celluler sama-sama diakses melalui satelit secara otomatis artinya kalau itu bisa diciptakan maka bisa juga digunakan di tempat lain seperti di Gresik untuk memfasilitasi kapal layar motor (KLM) ataupun kapal tradisional yang notabene tidak akan bisa menjangkau kalau harus membeli AIS sekitar 30 sampai 40 juta itu harga yang  tidak mungkin.

“Besar harapan kami atas hadirnya sistem AIS yang bisa diakses dari celluler tersebut agar lebih mudah memberi informasi kepada kapal tradisional terkait penunjang keselamatan pelayaran seperti  cuaca yang ada,” ungkapnya.

Namun begitu, lanjut Maun, KSOP Kelas II Gresik sudah bekerjasama dengan BMKG terkait updating informasi cuaca secara real time. Kalau di kapal-kapal besar informasi itu kan bisa diteruskan melalui AIS sedang untuk kapal-kapal kayu KLM yang belum bisa menggunakan teknologi AIS karena harganya yang cukup mahal maka kami melakukan informasi itu melalui celluler pada group Whatsapp nakhoda kapal maupun pesan singkat yang dikirimkan.

Baca Juga  Dukung Seratus Hari Quick Win Kemenhub KSOP Tanjung Pakis Gelar Gerai Pas Kecil Kapal di Pacitan

“Kami setiap 3 jam sekali akan memberi informasi perkembangan cuaca meneruskan dari info yang dikirim BMKG kepada kapal,” tandasnya.

Apalagi, Maun melihat, seperti salah satu operator celluler Telkomsel sudah mengembangan jaringan disetiap daerah dengan memperbanyak Base Transceiver Station (BTS) perangkap mobile sehingga memungkinkan dapat dijangkau dengan handphone. Otomatis itu akan sangat membantu kapal-kapal rakyat bila AIS yang dikembangkan Universitas Pattimura itu tercipta.

“Rata-rata kapal tradisional kan berlayarnya menyisir pantai bukan di laut lepas sehingga jangkauan celuller yang digunakan akan mungkin tidak terkendala karena masih dalam jangkauan pemancar operator,” katanya.

Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Gresik saat lakukan pengecekan terhadap kapal cepat sebelum berangkat menuju pulau Bawean.

Sementara itu, Kasi Keselamatam Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Kelas II Gresik, Ferry Anggoro Hendianto,S.Sit. M.Mtir menambahkan, sejauh ini manajemen pengelolahan alat keselamatan berusaha dinaikkan standarnya terhadap kapal-kapal pinisi atau kapal rakyat dan hasilnya cukup memuaskan karena sudah banyak peningkatan.

“Ini menunjukkan tingkat kesadaran dari pelayaran rakyat terhadap keselamatan pelayaran sudah tumbuh. Kalau dulu alat kelengkapan keselamatan hanya bersifat terbatas dan tradisional seperti drum plastik namun saat ini sudah meningkat ketersediaanya seperti lifet jaket maupun alat pemadam jenis apar,” ujarnya.

Baca Juga  Siaga Kedaruratan KN Chundamani P 116 Stand by di Perairan Labuan Bajo

Disamping itu, Ferry mengaku, bagi kapal-kapal khususnya pelayaran rakyat juga didorong untuk mengikuti diklat-diklat yang diadakan perhubungan laut seperti Diklat Pemberdayaan Masyarakat (DPM) yang diselenggarakan badan diklat agar setiap anak buah kapal (ABK) yang belum memiliki pengetahuan terkait keselamatan pelayaran dasar untuk mengikutinya.

“Hingga saat ini, hanya sebagian kecil saja mereka (ABK.red) yang perlu melengkapi dengan kemampuan dasar keselamatan pelayaran,” tegas Ferry.

Seperti diketahui, The International Maritime Organization (IMO) menyatakan kewajiban menggunakan Automatic Identification System (AIS) yang berfungsi sebagai sistem pelacakan otomatis untuk menghidari tabrakan kapal merupakan suatu kewajiban yang harus dimiliki kapal. Kewajiban tersebut terutama untuk  kapal diatas 300 GT karena sistem AIS terbukti handal beroperasi pada cuaca buruk dibandingkan sistem Radar. (RG)

Titikomapost.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE